Kisah Nyata "True Love"

Aku heran setiap kali melihat cara ayah memperlakukan Ibu. Beliau akan sangat sabar mendengar omelan Ibu yang pasti baru berhenti setelah 6 jam. Atau aku terkadang menemukan ayah sedang mencuci pakaian ibu, sedangkan si pemilik asik bersantai sambil mendengarkan musik favoritnya. Hei,dimana harga dirimu ayah! Aku juga terkadang gemas saat mendapati ayah membawakan Ibu bermacam makanan, karena Ibu hampir tidak pernah memasak untuk keluarga. Aku berpikir dimana keseimbangan dalam berkeluarga ? Bukankah ayah sudah letih mencari nafkah, mengapa harus ditambah dengan melayani ibu ? Dalam pandanganku mereka sungguhlah sangat berbeda. Ayah sangat sabar,pengertian, pekerja keras, dan seabrek julukan baik yang menempel padanya. Sedangkan Ibu? Wah.., apa yang bisa aku katakan. Terkadang aku dan saudaraku sangat gemas dengan kelakuan ibu yang bagai seorang ratu, sedang ayah sebagai hamba sahayanya.

Pernah aku protes kepada ayah? mengapa begitu sabar? Apa Ayah takut?? ayah menjawab? "itulah cinta,dalam cinta tidak ada yang lebih tinggi atau yang lebih rendah.." Saat engkau mampu memberi tanpa mengharapkan imbalannya, saat itulah hatimu telah menjadi miliknya?...

Ayahku yang romantis, sekaligus puitis. Saat itu aku tidak percaya adanya cinta sejati. True love? Ah, bullshit!
Bukan karena aku pernah patah hati, aku sendiri tidak tau kenapa selalu berpikiran negatif tentang cinta. Lagi pula aku tidak yakin bakal menemukan orang sebaik ayahku.

Ketika ayah meninggal, ibu dan kami sangat terpukul. Kami memerlukan waktu lama untuk bisa kembali seperti semula (walau tidak akan pernah bisa). Kemudian aku menikah dengan lelaki pilihan ayah (sebelum meninggal), walaupun aku tidak cukup mencintainya, aku setuju menikah dengannya. Aku sangat percaya ucapan ayah ?dia bisa menjagamu, dan sangat mencintaimu? Apa ia akan sebaik dan sesabar ayah?. Dan ucapan ayah terasa benar. Walaupun tidak seekstrim ayah, dia mengisi seluruh hidupku dengan cinta (tapi aku tetap tidak bisa mencintainya dengan penuh).Kemudian terjadilah saat itu, ketika aku check up ke dokter kandungan (aku mengira hamil) tapi yang kudapati kabar bahwa aku terkena Myoma, tumor yang luamayan parah pada kandungan. Dan harus dioperasi, diangkat beserta rahim. Aku merasa hancur, aku masih terlalu muda. Apakah suamiku akan tetap setia?. Kini dua puluh lima tahun setelah operasi, suamiku masih tetap setia disampingku, bersama Kiko anak yang kami adopsi. Suamiku, masih setia menggengam tanganku, dan memelukku. Rasanya aku bisa melihat ayah tersenyum. True love? Believe it!!.

Postingan populer dari blog ini

John Fitzgerald Kennedy

Inspirasi Untuk Emosi

Mikhail Kalashnikov (Pembuat AK-47)