Cerpen : “ Bunga Tidur 01 Senin, 08 Maret 2010 “
Tiba-tiba aku dihadirkan di sebuah kamar yang cukup asing bagiku, kamar yang sunyi nan tenang yang menurutku kamar itu elegan dengan arsitektur khas ketimuran, aku mendapat pesan yang aku baca melalui telepon genggamku yg berisikan jika aku membunuh Mr.X aku akan diberi imbalan berupa uang sebesar 10 Trilyun dengan pembayaran di muka yg sudah ditransfer ke rekening pribadiku, aku bergegas menuju ATM terdekat, dan tibalah aku di ATM kampus tempatku menimba ilmu dan ternyata benar dalam rekeningku sudah ada uang dengan nominal yang cukup banyak angka nol-nya, dalam pesan dipertegas pula uang tersebut akan hilang jika dalam waktu 30 hari misi itu belum selesai, entah bagaimana caranya. Tanpa pikir panjang aku terima misi itu dan langsung menuju bandara Ibukota, disana aku mendapat pesan agar menuju loker No.106 ( Mirip dengan nomor rumahku ) untuk mengambil ransel, anehnya ransel itu pun mirip dengan ransel milikku, akhirnya aku langsung terbang menuju negara Paman Sam dengan perlengkapan pasport, visa, kostum, dan lain segala macam perlengkapan yg sudah tersedia di ransel itu. Jujur dalam benakku saat itu sesungguhnya tanpa dibayar pun aku rela asalkan diberi fasilitas dan kemudahan, karena memang kebencianku yg sudah menjadi-jadi akan perlakuan dan sikapnya yg seakan-akan pahlawan yg harus membunuh banyak jiwa demi ketenaran kekuatan negaranya...
Tiba di bandara negara paman sam, aku lolos dari pemeriksaan petugas bandara, Yang aku sadari aku mengantongi sebuah kujang berwarna kuning keemasan dgn hiasan kaligrafi arab bertuliskan sepotong ayat Qursyi berukuran kurang lebih 10 Cm, milikku di rumah. Dengan menumpang taksi, aku tertuju di sebuah apartemen yg sudah disiapkan, entah dikota mana yg pasti di kamar apartemen tempat aku menginap, aku dapat memantau kediaman Mr.X dr ventilasi apartemen lantai atas dengan menggunakan teropong militer...
1 minggu sudah aku memantau rumah kediaman itu dengan jadwal yg sudah aku terapkan dalam keseharianku mengamati kediaman Mr.X, tanpa keluar kamar dab dengan makanan yg selalu aku pesan melalui pelayan apartemen, pada suatu malam jarum jam di kamar apartemen menunjukan pukul 01.30 dini hari waktu setempat, dengan pakaian serba hitam, penutup wajah dan pakaian keseharian rangkap didalam pakaian hitam. Aku berkemas, tanpa ada satupun tersisa barang-barangku aku masukan dalam koper yg mudah terbakar, tanpa membawa koper itu aku keluar mengendap-endap, tiba di kediaman Mr.X aku memanjat pagar beton yang penuh dengan tanaman jalar, layaknya pembunuh profesional aku dapat menghindar dari sorotan kamera dan pantauan penjaga rumah, lalu aku memanjat dari ventilasi ke ventilasi dan tibalah aku di kamar istirahat Mr. X dgn kedaan kamar yg gelap, hanya lampu hias berwarna yang terletak di sisi ranjang, kamar yang sangat besar dan indah penuh dengan berbagai macam hiasan dan lukisan karya terkenal.
Aku dapati Mr. X sedang tidur dengan istrinya, dengan terpejam tanpa tersenyum bahkan masih dengan wajah busuknya mengarah padaku, sementara posisi si istri memeluknya dr belakang. Aku duduk di sebuah kursi lengkap dengan meja yang terletak dekat dengan ranjang posisi Mr. X tertidur. Aku keluarkan sebatang rokok favoritku yang sengaja aku bawa dari kota tempat tinggalku dan seperti biasa aku tuliskan nama panggilanku di bungkus rokok tersebut, dengan pemantik khas yang tidak lupa aku bawa lalu aku nyalakan dan kuhisap rokok itu sedalam-dalamnya dgn penuh ketenangan dan penghayatan rasa yang bertujuan untuk mengulur waktu, menunggu istri dr Mr.X beranjak menuju toilet agar aku dapat mengeksekusinya satu per satu, jam digital di pergelangan tangan kananku menunjukan waktu 02:44 waktu setempat, karena aku memang sudah mengubahnya pada saat aku tiba di kamar apartemen dan menyamakannya dengan waktu di apartemen itu...
Selang beberapa menit kemudian, aku melihat istri Mr. X beranjak dr tempat tidur dgn keadaan yg masih lusuh dan terkantuk-kantuk dia menuju toilet, tanpa hiraukan dia lagi aku langsung membuka kujang bawaanku dari sarungnya dan menuju Mr.X, dgn santai dan adrenalin yg terpompa cukup kencang aku hunuskan kujang itu tepat di posisi jantungnya, satu kali tusukan itu membuat matanya terbelalak, tersentak dan mencoba menahan dadanya dengan kedua tangannya yang mungkin dirasa amat sesak baginya, tanpa ampun kutarik kembali kujang itu dan aku hunuskan lagi tepat mengarah pada bagian hatinya, hembusan terakhir dari Nafasnya dan pejaman matanya meyakinkanku ia sudah tak bernyawa lagi, aku pastikan kembali dengan memutar kujang itu dan menariknya lagi, lalu aku tancapkn tepat di posisi pertengahan dadanya dengan posisi kepala kujang menghadap ke arah wajahnya, sebagai tanda atau kode dariku pembunuh amatiran namun cukup penuh profesional dalam melakukan pekerjaannya. Aku tutup mayat itu dgn selimut tebal miliknya dan aku mngendap-endap bergegas menuju balik pintu toilet tempat dimana istri Mr. X sebelumnya masuk, setelah keluar dari balik pintu toilet, istri Mr. X keluar dgn mnguraikan rambut untuk diikatnya lagi, sebelum tiba di ranjangnya aku diam-diam mendekap mulutnya dengan tangan kiri dan langsung kuhunuskan pisau dapur berukuran besar kurang lebih 15-20 Cm, tepat bersarang di dadanya. Entah darimana aku dapatkan pisau dapur itu, yg pasti satu kali hunusan tanpa teriakan berarti itu sudah membuatnya tak berdaya dan lunglai dan terjatuh di pelukanku, tanpa darah mengucur deras aku angkat tubuh yang sudah tak bernyawa itu menuju ranjang. Entah kekuatan darimana tubuh yang lebih besar dan tinggi dari tubuhku itu bisa aku angkat...
Tiba di ranjang itu aku tempatkan posisinya bersebelahan dgn mayat Mr. X, lalu aku rapihkan dengan selimut tebal, sambil mngusap keringat yg mngucur dari tubuhku aku mencari sebuah cotton bud untuk aku gunakan sebagai kuas atau alat tulis untuk menuliskan sebuah pesan atau kode yg aku tuliskan di kening Mr. X yg bertuliskan "J.E(Lambang NAZI)M" dengan menggunakan cairan darah yang keluar dari dada Mr. X perlahan aku buat kode itu, setelah itu aku keluarkan sebuah plastik dari kantongku untuk membungkus cotton bud yg aku gunakan itu dan mengantonginya dalam saku pakaian hitamku. Selanjutnya aku kembali menuju kursi dan kembali menyalakan sebatang rokok yg masih tergeletak di meja sambil mencari sesuatu jejak yg mungkin saja aku tinggalkan, setelah mnghilangkan jejak aku duduk sambil menatap wajah Mr.X, masih tampak bengis wajahnya menatapku, tiba-tiba muncul ide gilaku untuk merubah raut wajah Mr.X itu agar tersenyum, berdiri aku dari kursi tempatku duduk dan menghampirinya, aku tarik ke atas perlahan tepi bibir dr Mr.X, agak sedikit sulit awalnya namun akhirnya aku bisa mmbuatnya tersenyum meski terpaksa aku buatnya...
Kulihat lagi jam digital di pergelangan tanganku dan menunjukan pukul 03:19, masih dengan posisi santai aku menunggu waktu hingga tepat pukul 04:15 atau waktu adzan subuh dan anehnya mengapa ku habiskan waktu untuk On Line dengan teman-temanku di Facebook, aku sengaja mengatur waktu adzan subuh agar aku dapat keluar rumah itu dan kabur saat penjaga memang sudah terlelap letih dan kantuk, entah pikiran dari mana opsi agar aku kabur saat bertepatan adzan subuh. Padahal mungkin saja penjaga rumah bergantian untuk berjaga. Aku lihat asbak yg menumpukkan berbatang-batang puntung rokok yang sudah tak terhingga lagi berapa batang rokok yg aku hisap, aku memindahkan isi asbak itu dengan memasukkannya pada sebuah plastik hitam lalu aku kantongi dicelana hitamku, setelah alarm jam tanganku berbunyi dan menunjukan tepat pukul 04:15 aku memeriksa kembali jejakku agar tak tertinggal barang satupun.
Tiba-tiba aku sudah keluar rumah dan keluar pagar kediaman Mr. X dgn posisi di sebuah jalan raya yang sunyi namun cukup terang karena penerangan jalan, aku membuka pakaian hitamku dan kumasukan pada sebuah plastik sampah berwarna hitam di tepi jalan dekat apartemen dimana aku bermalam, tidak lupa aku ambil plastik berisikan cotton bud yang masih terselip di kantong pakaian hitam dan memindahkannya di kantong pakaian yang sudah aku kenakan. semua barang dan pakaian sudah aku masukkan di kantong plastik kecuali plastik berisikan.....semua barang dan pakaian sudah aku masukkan di kantong plastik kecuali plastik berisikan cotton bud itu, lalu aku jinjing menuju apartemen, tanpa curiga pelayan apartemen melihatku membawa bungkusan plastik hitam berukuran besar. aku langsung menuju kamar dan bergegas mengambil koper yg sudah aku siapkan sebelumnya dan aku angkat menuju toilet, disana aku membakar semua perlengkapan dan pakaianku. selang 30 menit kemudian aku sudah melihat semua barang-barang yang aku bakar berubah menjadi abu, dengan tangan kananku aku menyalakan keran air agar semua abu itu terbawa air dan masuk kedalam cerobong pembuangan, anehnya asap itu tidak mengepul di toilet. Pukul 05.20 waktu pada jam digitalku, aku bergegas keluar kamar hanya dengan membawa ransel dengan memakai pakaian santai seadanya, di lobby apartemen aku memberikan kunci kamar dan memberikan uang tip kepada kasir sebesar 100 dolar. Dengan senyum dan sapaan singkat aku ucapkan terimakasih kepada kasir itu dan kasir itu pun menjawabnya dengan segan.
Aku naik taksi yang sudah menunggu di depan apartemen dan langsung menuju bandara Internasional, dalam hati aku sebenarnya ada niat untuk membeli oleh-oleh dan berjalan-jalan barang sebentar saja, mengingat aku disini sebagai pembunuh yang buron maka aku urungkan niat itu, tiba di bandara setelah membayar taksi, pandanganku tertuju pada gadis cantik, sederhana mengenakan kerudung, dari pakaiannya aku menerka ia warga timur tengah, dengan senyum manis wanita itu melemparkannya padaku, tercengang aku mendapatinya memberikan senyum itu padaku, tanpa sapaan berarti aku langsung tersadar dan bergegas melanjutkan langkahku memesan tiket. Lagi-lagi aku lolos dari petugas bandara dan tepat pukul 06.00 waktu setempat, pesawat tinggal landas meninggalkan negeri Paman Sam itu bertolak menuju negeri singa untuk transit. Tak tahu pukul berapa aku tiba di negeri singa itu aku langsung melanjutkan perjalanan menuju negaraku.
Tibalah aku di negaraku dan langsung aku bertolak ke kota tempat tinggalku, aku mampir di kampus tempat ku menuntut ilmu dan langsung menuju ATM memeriksa jumlah rekeningku, masih sama nominalnya dengan nominal yang tak terhingga nolnya. Tiba di rumah aku menuju kamar dan beristirahat, setelah beberapa jam kemudian aku terbangun dan bergegas menuju ATM di salah satu SPBU di kota, ternyata aku dapati jumlah nol dari rekeningku hanya ada 6 digit. Dan aku baru sadar ternyata semua itu hanya bunga tidurku di dini hari pukul 02.00 WIB itu adalah ingatanku sebelum aku tidur di pagi hari senin, 08 Maret 2010….. the end....
Tiba di bandara negara paman sam, aku lolos dari pemeriksaan petugas bandara, Yang aku sadari aku mengantongi sebuah kujang berwarna kuning keemasan dgn hiasan kaligrafi arab bertuliskan sepotong ayat Qursyi berukuran kurang lebih 10 Cm, milikku di rumah. Dengan menumpang taksi, aku tertuju di sebuah apartemen yg sudah disiapkan, entah dikota mana yg pasti di kamar apartemen tempat aku menginap, aku dapat memantau kediaman Mr.X dr ventilasi apartemen lantai atas dengan menggunakan teropong militer...
1 minggu sudah aku memantau rumah kediaman itu dengan jadwal yg sudah aku terapkan dalam keseharianku mengamati kediaman Mr.X, tanpa keluar kamar dab dengan makanan yg selalu aku pesan melalui pelayan apartemen, pada suatu malam jarum jam di kamar apartemen menunjukan pukul 01.30 dini hari waktu setempat, dengan pakaian serba hitam, penutup wajah dan pakaian keseharian rangkap didalam pakaian hitam. Aku berkemas, tanpa ada satupun tersisa barang-barangku aku masukan dalam koper yg mudah terbakar, tanpa membawa koper itu aku keluar mengendap-endap, tiba di kediaman Mr.X aku memanjat pagar beton yang penuh dengan tanaman jalar, layaknya pembunuh profesional aku dapat menghindar dari sorotan kamera dan pantauan penjaga rumah, lalu aku memanjat dari ventilasi ke ventilasi dan tibalah aku di kamar istirahat Mr. X dgn kedaan kamar yg gelap, hanya lampu hias berwarna yang terletak di sisi ranjang, kamar yang sangat besar dan indah penuh dengan berbagai macam hiasan dan lukisan karya terkenal.
Aku dapati Mr. X sedang tidur dengan istrinya, dengan terpejam tanpa tersenyum bahkan masih dengan wajah busuknya mengarah padaku, sementara posisi si istri memeluknya dr belakang. Aku duduk di sebuah kursi lengkap dengan meja yang terletak dekat dengan ranjang posisi Mr. X tertidur. Aku keluarkan sebatang rokok favoritku yang sengaja aku bawa dari kota tempat tinggalku dan seperti biasa aku tuliskan nama panggilanku di bungkus rokok tersebut, dengan pemantik khas yang tidak lupa aku bawa lalu aku nyalakan dan kuhisap rokok itu sedalam-dalamnya dgn penuh ketenangan dan penghayatan rasa yang bertujuan untuk mengulur waktu, menunggu istri dr Mr.X beranjak menuju toilet agar aku dapat mengeksekusinya satu per satu, jam digital di pergelangan tangan kananku menunjukan waktu 02:44 waktu setempat, karena aku memang sudah mengubahnya pada saat aku tiba di kamar apartemen dan menyamakannya dengan waktu di apartemen itu...
Selang beberapa menit kemudian, aku melihat istri Mr. X beranjak dr tempat tidur dgn keadaan yg masih lusuh dan terkantuk-kantuk dia menuju toilet, tanpa hiraukan dia lagi aku langsung membuka kujang bawaanku dari sarungnya dan menuju Mr.X, dgn santai dan adrenalin yg terpompa cukup kencang aku hunuskan kujang itu tepat di posisi jantungnya, satu kali tusukan itu membuat matanya terbelalak, tersentak dan mencoba menahan dadanya dengan kedua tangannya yang mungkin dirasa amat sesak baginya, tanpa ampun kutarik kembali kujang itu dan aku hunuskan lagi tepat mengarah pada bagian hatinya, hembusan terakhir dari Nafasnya dan pejaman matanya meyakinkanku ia sudah tak bernyawa lagi, aku pastikan kembali dengan memutar kujang itu dan menariknya lagi, lalu aku tancapkn tepat di posisi pertengahan dadanya dengan posisi kepala kujang menghadap ke arah wajahnya, sebagai tanda atau kode dariku pembunuh amatiran namun cukup penuh profesional dalam melakukan pekerjaannya. Aku tutup mayat itu dgn selimut tebal miliknya dan aku mngendap-endap bergegas menuju balik pintu toilet tempat dimana istri Mr. X sebelumnya masuk, setelah keluar dari balik pintu toilet, istri Mr. X keluar dgn mnguraikan rambut untuk diikatnya lagi, sebelum tiba di ranjangnya aku diam-diam mendekap mulutnya dengan tangan kiri dan langsung kuhunuskan pisau dapur berukuran besar kurang lebih 15-20 Cm, tepat bersarang di dadanya. Entah darimana aku dapatkan pisau dapur itu, yg pasti satu kali hunusan tanpa teriakan berarti itu sudah membuatnya tak berdaya dan lunglai dan terjatuh di pelukanku, tanpa darah mengucur deras aku angkat tubuh yang sudah tak bernyawa itu menuju ranjang. Entah kekuatan darimana tubuh yang lebih besar dan tinggi dari tubuhku itu bisa aku angkat...
Tiba di ranjang itu aku tempatkan posisinya bersebelahan dgn mayat Mr. X, lalu aku rapihkan dengan selimut tebal, sambil mngusap keringat yg mngucur dari tubuhku aku mencari sebuah cotton bud untuk aku gunakan sebagai kuas atau alat tulis untuk menuliskan sebuah pesan atau kode yg aku tuliskan di kening Mr. X yg bertuliskan "J.E(Lambang NAZI)M" dengan menggunakan cairan darah yang keluar dari dada Mr. X perlahan aku buat kode itu, setelah itu aku keluarkan sebuah plastik dari kantongku untuk membungkus cotton bud yg aku gunakan itu dan mengantonginya dalam saku pakaian hitamku. Selanjutnya aku kembali menuju kursi dan kembali menyalakan sebatang rokok yg masih tergeletak di meja sambil mencari sesuatu jejak yg mungkin saja aku tinggalkan, setelah mnghilangkan jejak aku duduk sambil menatap wajah Mr.X, masih tampak bengis wajahnya menatapku, tiba-tiba muncul ide gilaku untuk merubah raut wajah Mr.X itu agar tersenyum, berdiri aku dari kursi tempatku duduk dan menghampirinya, aku tarik ke atas perlahan tepi bibir dr Mr.X, agak sedikit sulit awalnya namun akhirnya aku bisa mmbuatnya tersenyum meski terpaksa aku buatnya...
Kulihat lagi jam digital di pergelangan tanganku dan menunjukan pukul 03:19, masih dengan posisi santai aku menunggu waktu hingga tepat pukul 04:15 atau waktu adzan subuh dan anehnya mengapa ku habiskan waktu untuk On Line dengan teman-temanku di Facebook, aku sengaja mengatur waktu adzan subuh agar aku dapat keluar rumah itu dan kabur saat penjaga memang sudah terlelap letih dan kantuk, entah pikiran dari mana opsi agar aku kabur saat bertepatan adzan subuh. Padahal mungkin saja penjaga rumah bergantian untuk berjaga. Aku lihat asbak yg menumpukkan berbatang-batang puntung rokok yang sudah tak terhingga lagi berapa batang rokok yg aku hisap, aku memindahkan isi asbak itu dengan memasukkannya pada sebuah plastik hitam lalu aku kantongi dicelana hitamku, setelah alarm jam tanganku berbunyi dan menunjukan tepat pukul 04:15 aku memeriksa kembali jejakku agar tak tertinggal barang satupun.
Tiba-tiba aku sudah keluar rumah dan keluar pagar kediaman Mr. X dgn posisi di sebuah jalan raya yang sunyi namun cukup terang karena penerangan jalan, aku membuka pakaian hitamku dan kumasukan pada sebuah plastik sampah berwarna hitam di tepi jalan dekat apartemen dimana aku bermalam, tidak lupa aku ambil plastik berisikan cotton bud yang masih terselip di kantong pakaian hitam dan memindahkannya di kantong pakaian yang sudah aku kenakan. semua barang dan pakaian sudah aku masukkan di kantong plastik kecuali plastik berisikan.....semua barang dan pakaian sudah aku masukkan di kantong plastik kecuali plastik berisikan cotton bud itu, lalu aku jinjing menuju apartemen, tanpa curiga pelayan apartemen melihatku membawa bungkusan plastik hitam berukuran besar. aku langsung menuju kamar dan bergegas mengambil koper yg sudah aku siapkan sebelumnya dan aku angkat menuju toilet, disana aku membakar semua perlengkapan dan pakaianku. selang 30 menit kemudian aku sudah melihat semua barang-barang yang aku bakar berubah menjadi abu, dengan tangan kananku aku menyalakan keran air agar semua abu itu terbawa air dan masuk kedalam cerobong pembuangan, anehnya asap itu tidak mengepul di toilet. Pukul 05.20 waktu pada jam digitalku, aku bergegas keluar kamar hanya dengan membawa ransel dengan memakai pakaian santai seadanya, di lobby apartemen aku memberikan kunci kamar dan memberikan uang tip kepada kasir sebesar 100 dolar. Dengan senyum dan sapaan singkat aku ucapkan terimakasih kepada kasir itu dan kasir itu pun menjawabnya dengan segan.
Aku naik taksi yang sudah menunggu di depan apartemen dan langsung menuju bandara Internasional, dalam hati aku sebenarnya ada niat untuk membeli oleh-oleh dan berjalan-jalan barang sebentar saja, mengingat aku disini sebagai pembunuh yang buron maka aku urungkan niat itu, tiba di bandara setelah membayar taksi, pandanganku tertuju pada gadis cantik, sederhana mengenakan kerudung, dari pakaiannya aku menerka ia warga timur tengah, dengan senyum manis wanita itu melemparkannya padaku, tercengang aku mendapatinya memberikan senyum itu padaku, tanpa sapaan berarti aku langsung tersadar dan bergegas melanjutkan langkahku memesan tiket. Lagi-lagi aku lolos dari petugas bandara dan tepat pukul 06.00 waktu setempat, pesawat tinggal landas meninggalkan negeri Paman Sam itu bertolak menuju negeri singa untuk transit. Tak tahu pukul berapa aku tiba di negeri singa itu aku langsung melanjutkan perjalanan menuju negaraku.
Tibalah aku di negaraku dan langsung aku bertolak ke kota tempat tinggalku, aku mampir di kampus tempat ku menuntut ilmu dan langsung menuju ATM memeriksa jumlah rekeningku, masih sama nominalnya dengan nominal yang tak terhingga nolnya. Tiba di rumah aku menuju kamar dan beristirahat, setelah beberapa jam kemudian aku terbangun dan bergegas menuju ATM di salah satu SPBU di kota, ternyata aku dapati jumlah nol dari rekeningku hanya ada 6 digit. Dan aku baru sadar ternyata semua itu hanya bunga tidurku di dini hari pukul 02.00 WIB itu adalah ingatanku sebelum aku tidur di pagi hari senin, 08 Maret 2010….. the end....